Budgetary Slack

adalah suatu tindakan penyimpangan dalam penyampaian usulan anggaran (perencanaan anggaran), dimana telah dilakukan menaikkan biaya (overestimate) dan menurunkan pendapatan yang ditargetkan (underestimate) dengan tujuan untuk memudahkan dalam pencapaian standar kinerja, baik itu dalam efisiensi biaya maupun optimalisasi pendapatan. Tindakan ini umumnya sengaja dilakukan untuk kepentingan pribadi dari pelaksana anggaran tersebut. Dengan tingginya budgetary slack akan mengakibatkan dua kemungkinan, yaitu penambahan dana di luar rencana anggaran semula atau tetap sesuai dengan rencana anggaran dana yang ditetapkan tetapi menurunkan kinerja pelaksana anggaran.
Menurut Lubis (2011), “budgetary slack adalah selisih antara sumber daya yang sebenarnya diperlukan secara efisien dan jumlah sumber daya yang lebih besar untuk menyelesaikan suatu tugas tersebut”. Sedangkan menurut Listriani dan Jatmiko (2015), “budgetary slack adalah suatu tindakan dimana melebihkan kemampuan produktif dengan mengestimasikan pendapatan lebih rendah dan biaya lebih tinggi ketika diberi kesempatan untuk memilih standar kerja sehingga dapat meningkatkan kinerjanya”.
Menurut Suartana (2010), “budgetary slack adalah perbedaan antara jumlah anggaran yang dinyatakan dan diestimasi terbaik yang secara jujur diprediksikan. Kesenjangan anggaran terjadi dikarenakan manajer menetapkan pendapatan lebih rendah dan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan estimasi yang seharusnya menjadi target perusahaan tersebut”. Teakhir menurut Siregar dan Suripto (2013), “budgetary slack adalah jumlah kekurangan pendapatan dan kelebihan biaya yang sengaja dimasukkan ke dalam anggaran sehingga manajer pada tingkat menengah dan manajer pada tingkat bawah lebih mudah meraih tujuan anggaran”.
Umumnya, banyak orang percaya bahwa setiap hasil dari suatu pekerjaan yang dilakukan akan dilihat baik dan layak apabila telah dicapai tujuan dari nilai targetnya (achievement). Tindakan ini digunakan dalam mengatasi suatu kondisi yang tidak pasti (unpredictable) dan Pengalokasian nilai yang nantinya bisa dipergunakan (flexibility).
Welsch, Hilton dan Gordon (2000) menyampaikan penyebab terjadinya budgetary slack antara lain
- Budgetary slack digunakan untuk melindungi diri. Sehingga kinerja dari manajer tidak akan mendapatkan penilaian yang buruk dan tidak dikritik. Hal tersebut dilakukan dengan cara manajer bawah menetapkan anggaran penjualan lebih rendah dari estimasi terbaik.
- Agar penilaian terhadap kinerja manajer bawah terlihat baik oleh manajer atas. Hal tersebut dilakukan dengan cara manajer bawah menetapkan perkiraan pengeluaran yang lebih tinggi dari estimasi terbaik.
- Agar ketika terjadi pengeluaran kas, manajer bawah tidak meminta lagi. Hal tersebut dilakukan dengan cara manajer bawah meminta pengeluaran kas melebihi kebutuhan yang sebenarnya. Apabila terdapat sis akas dan dikembalikan, maka akan terlihat baik oleh atasan.
Dampak Budgetary Slack
Karena kesalahan perencanaan kebutuhan anggaran yang tidak merepresentasikan kebutuhan yang sesungguhnya mengakibatkan kerugian pada perusahaan dari sisi finansial yang perusahaan keluarkan (anggaran biaya) maupun sisi finansial perusahaan dari prospek keuntungan di masa mendatang (target laba usaha). Selain itu, fungsi penilaian kinerja menjadi semu karena anggaran yang dibuat kurang mencerminkan kemampuan sebenarnya. Dan pengalokasian dana yang tidak efektif, anggaran yang disusun memengaruhi pembuatan penyusunan anggaran tahun berikutnya, dimana teknik pendekatan anggaran tradisional berbasis incrementalism data yang berarti, hanya menambah atau mengurangi angka kuantitatif pada sub-anggaran yang sudah ada sebelumnya dengan menggunakan data tahun sebelumnya sebagai dasar penyusunan anggaran.
Daftar Pustaka
Listriani, H., & Jatmiko, B. 2015. Partisipasi Anggaran, Komitmen Perusahaan dan Asimetri Informasi serta Pengaruhnya terhadap Senjangan Anggaran.
Lubis, Arfan Ikhsan. 2011. Akuntansi Keprilakuan. Jakarta: Salemba Empat.
Siregar, B., dan Suripto, B. 2013. Akuntansi Biaya. Jakarta: Salemba Empat.
Suartana, I Wayan. 2010. Akuntansi Keperilakuan Teori dan Implementasi. Yogyakarta: Andi.
Welsch, G.A., Hilton, R.W., dan Gordon, P.N. 2000. Anggaran: Perencanaan dan Pengendalian Laba. Jakarta: Salemba Empat.