Sistem Transportasi Intermoda Dalam Mendukung Aktivitas Logistik di Indonesia

Pendahuluan
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau mencapai 17.000 pulau yang tersebar merata ke seluruh penjuru negeri. Namun demikian, sangat disayangkan bahwa konektivitas transportasi antar pulau belum berjalan secara optimal meskipun memiliki peran yang sangat strategis. Hal ini membuat arus logistik dalam negeri belum berjalan dengan optimal karena hanya mengandalkan 1-2 jenis moda transportasi tanpa adanya integrasi di dalamnya.
Transportasi yang efisien merupakan faktor kunci dalam melihat kinerja logistik. Transportasi sangat mempengaruhi apa yang terjadi pada wilayah perdagangan. Logistik merupakan suatu indikator dalam melihat perbedaan tingkat kinerja antar perusahaan atau negara (konteks makro) dalam mengurangi biaya dan meningkatkan produktivitas. Hal yang terjadi di Indonesia adalah masalah biaya logistik yang tinggi. Tingginya biaya logistik tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan dengan harga barang antar pulau terbesar karena tidak meratanya distribusi barang. Biaya penanganan peti kemas Indonesia adalah yang tertinggi di antara semua negara ASEAN. Meski merupakan negara kepulauan, mayoritas daratan Indonesia transportasi tidak mendukung interkoneksi antar pulau. Akibatnya, biaya Indonesia transportasi antar kota dan antar pulau jauh menjadi lebih tinggi). Proses forwarding yang lama barang dari penerima barang (consignee) dan pengirim barang (jasa ekspedisi) di wilayah Pelabuhan ini umumnya tidak tertib sehingga menyebabkan penumpukan barang dan antrian peti kemas yang signifikan. Keterlambatan menyebabkan biaya tambahan membuat adanya biaya tambahan untuk penerima dan pengirim. Pemerintah Indonesia telah melaksanakan upaya untuk membangun sistem transportasi multimoda dalam mendukung sistem logistik nasional, antara lain melalui penerbitan beberapa peraturan terkait dengan sistem logistik nasional dan sistem transportasi multimoda.
Pertumbuhan angkutan barang dalam beberapa dekade belakangan ini semakin meningkat, sehingga diperlukan optimalisasi dari angkutan barang tersebut. Beberapa Langkah yang dapat dilakukan adalah:
- Membangun jaringan dan rute-rute berbagai moda transportasi yang terintegrasi meliputi angkutan jalan, laut, udara, kereta api, dry port dan layanan transportasi terpadu
- Membangun jaringan prasarana baik simpul maupun ruang lalu lintas
- Membangun terminal terpadu dan fasilitas pelayanan alih moda untuk perpindahan barang secara cepat dan nyaman
- Membangun akses kereta api menuju Pelabuhan atau bandara internasional
Pengalihan transportasi dengan sistem intermodal sangat dibutuhkan sebagai upaya dalam penyeimbangan moda transportasi yang ada, karena dengan cara tersebut dapat menurunkan biaya logistik dan membuat proses pengangkutan menjadi lebih efektif. Sehingga prinsip trade follow the ship akan berjalan, dimana pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan membutuhkan transportasi intermoda yang banyak, kuat dan efisien, tidak terpaku pada satu jenis transportasi saia, seperti truk. Namun harus diakui bahwa saat ini moda transportasi seperti kapal dan kereta api masih kurang kompetitif dari segi tarif karena masih dianggap lebih mahal dibanding truk, sehingga transportasi jalan raya masih dianggap moda utama dalam sistem logistik nasional.
Konsep Intermoda dan Penerapan di Indonesia
Konsep intermoda pada dasarnya didefinisikan sebagai perpindahan atau pengangkutan suatu barang dalam satu unit kendaraan angkut (seperti kontainer atau kargo), yang menggunakan dua atau lebih moda transportasi tanpa ada perubahan penanganan pada barang tersebut. Sehingga, pada dasarnya adalah terdapat hubungan dan manajemen yang baik antar moda (multimoda) dalam menangani suatu barang. Oleh sebab itu, intermodality dapat dilihat sebagai multimoda yang memiliki manajemen yang baik untuk melayani kebutuhan transportasi secara efisien.
Tujuan dari diterapkannya sistem intermodal adalah membuat optimalisasi penggunaan dari moda yang bervariasi dan meningkatkan keterhubungan diantara moda tersebut. Definisi paling maju dari sistem intermoda adalah mendorong terjadinya transportasi tanpa hambatan (seamless), efisien dan berlanjut (sustainable), yang dapat mencakup: mengurangi biaya dan meningkatkan tingkat pelayanan yang diminta dalam angkutan barang dan penumpang dengan menggunakan masing-masing moda dalam fungsinya yang paling tepat, mengurangi beban dari infrastruktur dan meningkatkan efisiensi total dengan berganti pada moda yang memiliki kapasitas lebih besar, mengurangi biaya dan waktu serta ketidaknyamanan berkaitan dengan perpindahan antar moda, meningkatkan produktivitas ekonomi dan efisiensi, sehingga meningkatkan nilai kompetitif dari produk pada tingkat regional dan nasional, dan mengurangi tingkat penggunaan energi, serta meningkatkan kualitas lingkungan.
Terdapat Terdapat 4 fungsi utama dalam transportasi intermoda
- Penggabungan (Composition)
Mengumpulkan dan mengkonsolidasikan penumpang atau barang di terminal atau simpul tertentu yang mana memungkinkan terjadinya interaksi intermoda antara sistem distribusi lokal atau regional dan sistem distribusi nasional atau internasional
- Keterhubungan (Connection)
Pergerakan penumpang atau barang diantara minimal dua terminal atau simpul. Tingkat efisiensi dari keterhubungan ini biasanya dinyatakan dalam skala ekonomi
- Pemindahan atau Pertukaran (Transfer or Interchange)
Proses perpindahan antar moda transportasi di terminal. Fungsi utama dari sistem intermodal terletak di terminal atau simpul dimana menyediakan kontinuitas pergerakan dalam rantai transportasi
- Penguraian (Decomposition)
Proses fragmentasi penumpang dan barang di terminal terdekat dari tempat tujuan dan memindahkannya menuju jaringan distribusi lokal atau regional
Secara garis besar, keempat fungsi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar. Konsep transportasi intermoda
Fungsi koneksi nasional/internasional sebaiknya diperankan secara merata oleh moda darat / jalan (in-land), moda sungai, dan moda laut (inter-island). Transshipment point terbaik sebagai perantara antar skala distribusi nasional/internasional dengan regional/lokal diperankan oleh kendaraan, terminal /multi-modal dry port, pelabuhan, dan sedikit peran dari bandara. Fungsi komposisi/dekomposisi ideal diperankan oleh moda jalan. Untuk menyusun sebuah transportasi intermoda, hirarki fungsional jaringan (role sharing) antar moda perlu terdefinisi dengan jelas. Selain itu, titik artikulasi yakni terminal intermoda memegang peran sentral bagi koneksi antara pergerakan internasional/nasional ke level regional/lokal.
Kelebihan transportasi intermoda adalah:
- Mengurangi ongkos dan meningkatkan tingkat layanan yang diinginkan baik untuk penumpang maupun barang dengan menggunakan pilihan moda yang paling tepat
- Mengurangi beban infrastruktur dan meningkatkan efisiensi melalui peralihan ke moda transportasi yang memiliki kapasitas besar
- Mengurangi biaya dan waktu perjalanan yang dibutuhkan serta mengurangi ketidaknyaman yang terjadi saat pergantian moda
- Meningkatkan produktivitas dan efisiensi ekonomi yang kemudian dapat meningkatkan nilai kompetitif produk baik di tingkat regional maupun nasional
- Mengurangi tingkat penggunaan energi dan meningkatkan kualitas lingkungan
Penerapan transportasi intermoda di Indonesia maupun di negara berkembang lainnya belum secara signifikan belum dapat berjalan dengan baik dan optimal. Meskipun Pemerintah telah mengeluarkan beberapa aturan perundangan seperti Peraturan Menteri Perhubungan nomor 8 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Multimoda, namun masih ada hambatan yang membuat penerapannya menjadi tidak optimal, yaitu tanggung jawab tunggal dan penggunaan dokumen angkutan tunggal.
Dalam proses pengangkutan intermoda di Indonesia, tanggung jawab masih berada pada masing-masing segmen atau bagian dari kegiatan transportasi, karena peraturan perundangan yang ada belum dapat mencakup aspek tanggung jawab pihak-pihak yang terlibat dalam proses pengangkutan tersebut, atau apabila ada biasanya tidak terlalu jelas dan menimbulkan konflik penafsiran. Dalam hal dokumen angkutan, transportasi intermoda di Indonesia juga belum menerapkan dokumen tunggal. Masing-masing moda transportasi masih menggunakan dokumen masing-masing yang belum terintegrasi dengan dokumen transportasi lain, sehingga tanggung jawab pengangkut sering tidak jelas sehingga dapat menghambat kelancaran arus barang.
Meskipun demikian, pengupayaan untuk pembenahan terus dilakukan. Penerapan manajemen informasi untuk kelancaran arus barang (Electronic Data Interchange, sistem komputerisasi operasional) telah diterapkan di Pelabuhan-pelabuhan besar. Selain itu penerapan pelayanan just in time, pelayanan kapal zero waiting time dan pusat pelayanan satu atap juga diterapkan guna memberikan layanan lebih baik. Sedangkan untuk dukungan angkutan darat ke hinterland masih dilakukan penambahan sarana jalan dan trucking, jalur kereta api sesuai asal tujuan dan komoditi yang diangkut dan penambahan dry port.
Dalam perkembangannya, pemerintah juga telah menetapkan Sistem Transportasi Nasional (Sistranas) yang merupakan tatanan transportasi yang terorganisasi secara sistematis, terdiri atas moda trasnportasi darat (jalan raya, kereta api, sungai, danau dan penyeberangan), transportasi laut, transportasi udara dan transportasi pipa. Setiap moda transportasi terdiri atas sarana dan prasarana yang saling berinteraksi dan membentuk satu sistem pelayanan jasa yang efektif dan efisien yang menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
Studi Kasus: Pengembangan Transportasi Intermoda di Cirebon
Cirebon merupakan pintu gerbang pergerakan arus barang maupun orang dari Jawa Barat ke Jawa Tengah maupun sebaliknya dengan menggunakan beberapa transportasi. Secara geografis letaknya strategis dengan berkembangnya moda transportasi jalan, kereta api, sungai, laut dan udara. Dengan potensi yang cukup berlimpah seperti dari sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan maka Cirebon membutuhkan sarana dan prasarana transportasi yang mendukung kelancaran arus logistik.
Moda transportasi kereta api menjadi salah satu faktor penting dalam memegang peranan intermoda di Cirebon. Dalam perkembangannya, jaringan moda transportasi kereta api di Cirebon telah dilakukan pengembangan jaringan dan pelayanan perkeretaapian antar kota, yang meliputi pembangunan rel baru termasuk rel ganda dan jalan pintas seperti: rel ganda utara (Cirebon – Semarang – Bojonegoro – Surabaya) dan jalur ganda selatan (Cirebon – Prupuk – Purwokerto – Kroya – Kutoarjo – Solo – Madiun – Surabaya). Selain itu, adanya pengembangan jaringan dan pelayanan kereta api yang menghubungkan kawasan sumber daya alam atau kawasan produksi dengan pelabuhan meliputi: Tanjung (DKI Jakarta), Cirebon (Jawa Barat), Tanjung Perak (Jawa Timur), Tanjung Emas (Jawa Tengah), Bojonegara ( Banten), pembangunan jalur KA Karawang – Cilamaya. Semua jalur di atas nantinya akan terkoneksi dengan moda transportasi lain seperti darat, laut dan udara.
Untuk transportasi udara, saat ini telah tersedia Bandara Internasional Kertajati di kabupaten Majalengka. Dengan adanya pembangunan Tol Cisumdawu yang berlokasi tidak jauh dari operasional bandara pada 2018, akses menuju Bandara Kertajati sangat sempurna. Alternatif lain juga dapat menggunakan exit Tol Cipali Kertajati di KM 158, jaraknya 3,5 kilometer ke bandara, sehingga proses intermoda antara jalur darat dan udara menjadi lebih efisien.
Pada pengembangan Pelabuhan di Cirebon, saat ini di Cirebon terdapat Pelabuhan Cirebon yang merupakan salah satu cabang dari PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau Pelindo II. Pelabuhan Cirebon merupakan pintu gerbang perekonomian Jawa Barat dan pelabuhan alternatif Pelabuhan Tanjung Priok, khususnya dalam melayani kegiatan perdagangan antar pulau. Pelabuhan Cirebon dapat dicapai dengan mudah melalui jalur darat, baik dari Jakarta, Jawa Tengah maupun Bandung. Kemudahan ini mendukung kelancaran distribusi barang dari dan ke Pelabuhan Cirebon. Pelabuhan Cirebon didukung oleh kedalaman kolam -7 m LWS. Kapal yang memiliki sarat diatas 7 meter dapat dilayani di area Lego jangkar sekitar 5 – 10 km lepas pantai. Dengan fasilitas yang terbilang lengkap, dari mulai pelayanan bongkar muat, sarana dan prasarana di Pelabuhan hingga terminal dan fasilitas air bersih, maka Pelabuhan Cirebon sangat mendukung untuk proses intermoda. Cirebon rencananya akan dikembangkan menjadi terminal multiguna dengan melakukan reklamasi laut. Operator pelabuhan PT Pelindo II berencana untuk merevitalisasi Pelabuhan Cirebon yang diproyeksikan menggantikan peran Pelabuhan Cimalaya.
Dengan tersedianya semua fasilitas dan sarana prasarana transportasi baik darat, kereta api, laut dan udara, maka Cirebon merupakan salah satu daerah di Indonesia yang telah menerapkan transportasi intermodal dengan cukup baik.
Kesimpulan
Konsep intermoda pada dasarnya didefinisikan sebagai perpindahan atau pengangkutan suatu barang dalam satu unit kendaraan angkut (seperti kontainer atau kargo), yang menggunakan dua atau lebih moda transportasi tanpa ada perubahan penanganan pada barang tersebut.
Dalam perkembangan transportasi intermoda di Indonesia, pemerintah menetapkan Sistem Transportasi Nasional (Sistranas) yang merupakan tatanan transportasi yang terorganisasi secara sistematis, terdiri atas moda transportasi darat (jalan raya, kereta api, sungai, danau dan penyeberangan), transportasi laut,  transportasi udara dan transportasi pipa. Setiap moda transportasi terdiri atas sarana dan prasarana yang saling berinteraksi dan membentuk satu sistem pelayanan jasa yang efektif dan efisien yang menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
Cirebon merupakan salah satu daerah di Indonesia yang telah menerapkan transportasi intermodal dengan cukup baik dengan tersedianya semua fasilitas dan sarana prasarana transportasi baik darat, kereta api, laut dan udara dan saling terkoneksi satu sama lain.
Untuk mendorong pembangunan intermoda yang efektif, pemerintah perlu mengeluarkan insentif kepada moda kereta api dan kapal agar struktur biaya logistic menjadi lebih murah dengan tetap meningkatkan kualitas layanannya. Langkah lain dapat berupa menerapkan Short Sea Shipping dan kereta api agar biaya logistik melalui dua moda transportasi tersebut bisa lebih murah dibandingkan menggunakan moda transportasi darat seperti truk.
Daftar Pustaka
- Hayasi, K., Nemoto, T., Intermodal Freight Transport anda Logistics
- Hermawan, H., 2017, The Development of Intermodal Transportation In Cirebon, Proceedings of International Conference: Problem, Solution and Development of Coastal and Delta Areas Semarang, Indonesia
- Lubis et al., 2005, Multimodal Transport In Indonesia: Recent Profile And Strategy Development, Proceedings of the Eastern Asia Society for Transportation Studies, Vol. 5, pp. 46 – 64
- Wibowo, W., Chairuddin, I., 2017, Multimodal Transport System In Supporting Logistics Cost Efficiency In Indonesia, Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik, Vol. 04, No. 1