Sharing Center

PELNI Hadir “Menjembatani Nusantara”

Kala itu, sekitar tahun 2017 hingga 2019, penulis pernah menjadi crew di salah satu kapal Perintis yang dioperasikan oleh PT Pelni (Persero). Rute atau jalur yang dilewati dimulai dari Nusa Tenggara Timur, berhenti di Maluku Barat Daya (MBD) dan berakhir di Maluku Tenggara Barat (MTB) tepatnya di Saumlaki.

Sebutlah di sebuah desa kecil, di wilayah Maluku Barat Daya, penulis melihat transportasi yang menghubungkan antar wilayah tersebut cukup memprihatinkan. Begitu pula dengan perekonimian masyarakatnya. Bisa dibayangkan betapa beratnya ketika mereka melakukan perjalanan, mereka harus menempuh perjalanan jauh dengan perahu kecil yang mereka sebut “ketingting”. Perahu tersebut terkadang milik mereka sendiri atau menyewanya. Berjam-jam mereka diombang-ambingkan oleh ganasnya amukan ombak Laut Timur, bahkan air bersih dibawa sedemikian rupa untuk minum cukup melepas dahaga. Mereka tidur di geladak kapal, terkadang duduk karena perahunya sempit. Jika mereka menginginkan kenyamanan, mereka harus menyewa perahu yang lebih besar dan itupun mereka harus membayar lebih untuk fasilitas tersebut. Terkadang perahu yang mereka tumpangi memiliki lebih banyak bagasi daripada penumpang itu sendiri. Akibatnya, ruang yang seharusnya digunakan penumpang dipenuhi tumpukan kebutuhan sehari-hari, tak sedikit membawa hewan peliharaan mereka. Saat matahari bersinar terik mereka kepanasan dan saat hujan mereka harus bersiap untuk tetap berada di luar dengan basah kuyup.

Singkat cerita, penulis pernah ngobrol dengan petugas kepelabuhanan di Pulau sebelahnya. Dahulu kala, untuk melakukan perjalanan yang cukup panjang, kadang ada kapal kapal kayu besar (pinishi) yang singgah. Tentu biaya yang dikeluarkan cukup besar. Aman? Belum tentu, dan kadang itu hal yang mereka abaikan. Dengan segala keterbatasan, kapal tersebut masih kurang memenuhi standar keselamatan untuk membawa penumpang. Ya, karena alat keselamatan kapal terbatas hanya untuk crew mereka. Kurangnya sarana navigasi yang memadai, apalagi alat navigasi canggih seperti GPS, Radar, Echo Sounder, dan lainnya yang terkadang komunikasi radio sederhana pun seringkali tidak berfungsi. Belum lagi keterbatasan alat keselamatan seperti jaket pelampung yang memang sangat diperlukan jika terjadi korban laut. Ada pula kapal Cargo yang singgah di pulau sebelah. Mereka berlayar untuk menuju kesana agar perjalanan mereka terasa nyaman. Kapal cargo adalah salah satu kapal terbaik, meskipun dengan fungsi yang terbatas, menjadi transportasi untuk berpindah dari satu daerah ke daerah lain. “Namun setelah adanya kapal perintis, hadir membawa berkah. Kami dapat merasakan harga-harga bahan pokok yang cukup terjangkau. Apalagi dengan biaya perjalanan yang murah, Kami bisa hilir mudik singgah di kota-kota besar, liburan, membawa hasil panen dan membeli kebutuhan pokok lainnya” , pungkasnya.

Oleh karena itu, jika terjadi kecelakaan saat berlayar akibat ombak pecah, hanya ungkapan duka yang terdengar. Keluarga mereka hanya bisa pasrah dan berserah kepada kebesaran Sang Pencipta. Nama mereka pun terukir dalam daftar korban kecelakaan laut. Saat mendengar cerita tersebut, Penulis pun hanya bisa menarik napas panjang sembari meratap diri, “Jikalau Saya dibesarkan disini, mungkinkah akan mengalami hal yang sama dengan mereka? ……….”.

PELNI sebagai Perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak pada bidang transportasi laut hingga saat ini mengoperasikan 26 kapal penumpang dan menyinggahi 83 pelabuhan serta melayani 1.100 ruas.  Selanjutnya di bawah Kementerian Perhubungan, PELNI ditunjuk untuk mengoperasikan sebanyak 44 trayek kapal perintis yang menyinggahi 281 pelabuhan dengan total 3.695 ruas dan sebanyak 16 Kapal Rede. Sebagai pelayanan bisnis logistik tersebar dalam 10 trayek Tol Laut serta satu trayek khusus untuk angkutan ternak.

Dengan modal armada tersebut, PELNI diharapkan menjadi “Jembatan Nusantara” yang mampu mendongkrak roda perekonomian di seluruh wilayah Indonesia agar lebih baik. Peran ini sangat fundamental, sehingga dengan modal armada yang ada PELNI dapat membantu menciptakan koneksi antar wilayah dan meningkatkan jalur distribusi. Beberapa Kapal Perintis dipercayakan kepada PELNI untuk mengangkut bahan makanan pokok dari hulu ke hilir bahkan sampai ke daerah perbatasan.  Kapal Perintis ini menjadi angkutan laut yang dapat diandalkan masyarakat kepulauan terpencil, terdepan, terbelakang dan perbatasan (3TP), mengingat ketiadaan transportasi jenis lain (darat dan udara) yang beroperasi di wilayah tersebut. Dalam hal ini pemerintah ikut berperan penting dengan menggelontontorkan subsidi sehingga biaya perjalanan dan logistik lebih terjangkau oleh masyarakat-masyarakat menengah ke bawah.

Untuk mendukung pemerintah dalam menangani Covid-19 di Indonesia, PELNI dengan kapal-kapalnya termasuk kapal perintis telah siap mengangkut tenaga medis, alat pelindung diri dan obat-obatan yang dibutuhkan untuk merawat pasien. Tentunya, PELNI melayani layanan pertahanan, keamanan dan kepolisian, perawatan kesehatan, makanan, sembako dan rute perjalanan yang berkaitan dengan tugas keuangan penting. Perjalanan untuk pasien darurat atau anggota keluarganya yang sakit parah atau meninggal dunia, serta pemulangan pekerja migran Indonesia, warga negara Indonesia dan pelajar asing, tentu akan dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Kehadiran PELNI di kawasan 3TP menjadi solusi untuk memperkuat koneksi dan aksesibilitas, serta dapat mengurangi disparitas wilayah, mengurangi disparitas harga kebutuhan pokok, serta mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal, terpencil, dan perbatasan (3TP) selaras dengan tujuan utama pemerintah yaitu pemerataan kesejahteraan rakyat di seluruh Indonesia dapat tercapai. Pelayanan kapal-kapal penumpang, barang, perintis dan rede, telah diterapkan standar sistem keamanan berbasis ISM & ISPS CODE menjadi bukti nyata kehadiran PELNI dalam menyediakan sarana transportasi yang aman, handal untuk seluruh masyarakat Indonesia.

Leave a reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

0 %