Sharing Center

Tantangan Terbesar Transformasi PT Pelni menjadi Data Driven Organization

Senang sekali rasanya, tulisan pertama yang berjudul “Udah Sering Pake Slogan Transformasi Digital. Udah Banyak Bikin Aplikasi. Selanjutnya Gimana??”, ternyata cukup mendapat perhatian. Yuk, kita lanjutkan perjalanan dan cita-cita mewujudkan PT Pelni menjadi data driven organization di masa yang akan datang.

Pada pembahasan sebelumnya, kita sudah berkenalan dengan data driven organization, apa yang melatarbelakangi PT Pelni perlu menjadi data driven organization dan manfaat yang didapatkan oleh sebuah perusahaan/organisasi ketika sudah menjadi data driven organization. Ini adalah seri artikel data driven organization yang kedua. Untuk memudahkan teman-teman dalam mengakses artikel tentang data driven organization di Lentera, silahkan bisa klik di sini, atau bisa juga pada hastag yang ada di footer artikel.

Pembahasan kali ini diawali dengan sebuah studi terbaru bertajuk Data and AI Leadership Executive Survey 2022 yang dilakukan oleh NewVantage Partners (NVP). Studi dilakukan kepada 94 perusahaan blue-chip terkemuka di dunia yang ada di Amerika. Survei ini memberi petunjuk bagi kita bahwa perusahaan-perusahan tersebut menghadapi tantangan dalam melakukan transformasi menjadi data driven organization.

Hasil studi yang dilakukan oleh NewVantage Partners (NVP) menemukan bahwa dari 94 perusahaan terkemuka yang di survei, ternyata:

  • hanya 39,7% yang telah memperlukan data sebagai aset berharga perusahaan
  • hanya 19,3% yang berhasil menumbuhkan budaya data pada perusahaan
  • baru 47,4% yang memiliki kemampuan dan berkompeten dalam hal data analitik
  • dan hanya 26,5% yang sudah berhasil menjadi data driven organization.

Ini berarti 73,5 % dari 94 perusahaan multinasional tersebut belum menjadi data driven organization. Dari survei tersebut dapat diketahui juga bahwa transformasi menjadi data driven organization bukanlah sebuah proses yang mudah. Investasi pada teknologi, persoalan manusia, bisnis proses dan budaya menjadi tantangan dalam perjalanan panjang menjadi data driven organization.

Lalu apa yang menjadi tantangan terbesar bagi perusahaan kelas dunia tersebut?

Jawabannya adalah hampir semua sepakat (91,9%) mengakui bahwa tantangan terbesarnya ada pada faktor budaya, persoalan manusia, dan proses bisnis.

Perubahan tidak pernah datang dengan mudah untuk perusahaan mana pun, dan tingkat kesulitan diperbesar pada perusahaan yang cenderung memiliki rekam jejak kesuksesan di masa lalu, namun harus berkembang dan beradaptasi karena kondisi bisnis dan ekspektasi konsumen yang sudah bergeser. Studi ini sekali lagi mencerminkan bahwa tantangan budaya menjadi hambatan terbesar sebuah perusahaan untuk menjadi  data driven organization dalam survei yang dilakukan dalam waktu 4 tahun berturut-turut.

Gimana? studi di atas relevan sekali dengan perusahaan kita kan? Faktor budaya yang dimaksud adalah budaya data dalam sebuah perusahaan. Yuk, kita coba bedah lebih dalam lagi tentang budaya data.

Budaya Data dalam Perusahaan

Budaya data (data culture) adalah cara pandang perusahaan yang menempatkan data dan analisis data sebagai bagian penting dari kegiatan bisnis perusahaan. Dalam budaya data, semua level pegawai atau karyawan diharapkan untuk bertanggung jawab atas pengumpulan, analisis, dan interpretasi data, serta menggunakan hasilnya untuk membuat keputusan yang lebih baik. Budaya data juga menekankan bagaimana pentingnya menjaga integritas dan keakuratan data, serta memastikan bahwa data yang digunakan tersedia dan dapat diakses oleh semua pegawai yang membutuhkannya.

Untuk mengubah data menjadi nilai, prosesnya membutuhkan interaksi di antara manusia, teknologi, dan struktur organisasi. Proses-proses tersebut ditentukan oleh bagaimana budaya data dalam sebuah perusahaan. Begitu pentingnya peran budaya data, McKinsey menekankan bahwa budaya data adalah budaya keputusan (decision culture).

Seperti yang diungkapkan oleh Satya Nadella, Chief Executive Officer dari Microsoft, bahwa

Transformasi menjadi data-driven organization bukan hanya tentang penerapan teknologi, tetapi juga tentang perubahan budaya sehingga setiap organisasi, setiap tim, dan setiap orang diberdayakan untuk melakukan hal-hal hebat karena data berada di ujung jari mereka.

Punya banyak aplikasi, laporan, dan dashboard dengan tampilan yang menarik tidak berarti kita telah menjadi data-driven organization. Untuk menjadi data-driven organization, perusahaan harus fokus pada analisis dengan pandangan ke depan (forward-looking analysis) yang mampu memprediksi masa depan dan memberikan rekomendasi tentang apa yang perlu dilakukan di masa depan. Analisis yang menjawab pertanyaan-pertanyaan “What? Who? When? Why? Where? dan How?” merupakan faktor penggerak utama dalam sebuah proses transformasi menjadi data driven organization.

Pilar Penting dalam Membangun Budaya Data

  1. Data Maturity. Data maturity merupakan tingkat kedewasaan perusahaan dalam mengelola dan menggunakan data secara efektif untuk menghasilkan keputusan yang berkualitas. Tingkat data maturity dapat diukur dengan mengevaluasi berbagai faktor seperti akses ke data, kemampuan analitis, budaya berbagi data, dan infrastruktur teknologi informasi di perusahaan.

  2. Data Literacy. Data literacy atau literasi data yaitu kemampuan untuk membaca, menganalisis, menulis, dan berinteraksi dengan data. Kita tidak perlu menjadi si paling paham IT untuk dianggap melek data. Literasi data tidak memerlukan penguasaan setiap bahasa pemrograman atau harus bisa ngoding layaknya programmer.

    Literasi data merupakan tahap penting dalam perjalanan perusahaan untuk menjadi data driven organization. Hal ini membantu pegawai atau karyawan dalam membuat keputusan berdasarkan data, banyak bertanya tentang data, secara kritis berinteraksi dengan data, mengembangkan tata kelola data yang efektif, serta membuat penilaian data yang berkualitas dan akurat.

  3. Data Leadership. Data leadership diartikan sebagai kepemimpinan yang mampu untuk menginspirasi, mendukung terjadinya rantai nilai data, dan mendorong budaya data, mulai dari pengumpulan data sampai dengan penciptaan nilai dan informasi yang berkualitas.

    Transformasi menjadi data driven organization dan membangun budaya data membutuhkan kepemimpinan yang kuat. Potensi utama dari kepemimpinan berbasis data bagi perusahaan meliputi pengukuran potensi peluang, percepatan munculnya inovasi baru, pengujian rencana strategis, identifikasi potensi masalah dan mitigasi risiko, mengoreksi kesalahan dengan cepat, serta peningkatan kemampuan adaptasi perusahaan.

  4. Decision Making Proses. Dari 3 point di atas, diharapkan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh management menjadi akurat, efektif, adaptif dan cepat. Keputusan-keputusan ini bisa berupa peringatan (alert), trend, dan keputusan lainnya yang bersifat prediktif maupun preskriptif.

Teman-teman, saat ini kita sudah mempunyai jutaan data perusahaan yang tersimpan di database. Ribuan data baru terbentuk setiap hari, mulai dari data yang bersifat operasional sampai transaksional. Jangan biarkan data-data itu menjadi arsip digital belaka. Yuk kita mulai coba kepoin data-data nya. Bisa kita mulai dari data divisi masing-masing. Mulai pelajari tentang analitik data.

Mari kita konversi data menjadi informasi dan nilai tambah bagi perusahaan. Bisakah kita menemukan peluang bisnis baru? Efisiensi biaya kegiatan operasional bisa ditingkatkan? Apakah bisa lebih dekat dengan pelanggan kita? Adakah layanan pelanggan yang perlu ditingkatkan? Sudahkan pelanggan kita puas dengan layanan kita? Tentu pertanyaan-pertanyaan itu bisa kita jawab dengan memproses dan menganalisa data-data perusahaan kita.

Jika dulu kita bekerja di depan kertas-kertas dan dokumen yang menumpuk. Maka hari ini kita bekerja dan hidup di atas tumpukan jutaan data.

Wuuiiih, kali ini cukup panjang ya pembahasanya. Memang proses transformasi dan perubahan itu bukanlah hal yang mudah. Perlu perjalanan panjang dan harus bisa melewati tantangan yang ada. Semoga pembahasan dan studi yang diambil pada tulisan ini bisa membuka wawasan teman-teman semua. Bahwa perusahaan kita tercinta PT Pelni, kedepan juga akan menghadapi tantangan utama seperti 94 perusahaan kelas dunia di Amerika. Selain itu, harapan penulis semoga di perusahaan kita mampu bertumbuh budaya data. Yuk bisa yuk, mewujudkan masa depan PT Pelni menjadi data driven organization. Semangat!

Stay tuned terus di Lentera Pelni ya. Sehat selalu untuk kita semua.

referensi :

  1. NewVantage Partners. (2022). Data and AI Leadership Executive Survey 2022 . Executive Summary of FIndings. Diakses dari https://www.newvantage.com/thoughtleadership

  2. Díaz, A., Rowshankish, K., dan Saleh, T. (2018). Why Data Culture Matters. McKinsey Quarterly.

  3. Satya Nadella (Chief Executive Officer of Microsoft). Diakses dari https://blogs.microsoft.com/blog/2014/04/15/a-data-culture-for-everyone

  4. Newman, D. (2016). The Future Of Work: Data-Driven Leadership. Futurum Premium Report.

  5. Treder, M. (2019). Becoming a Data-driven Organisation. Berlin Heidelberg: Springer.

  6. Jurnal , artikel, literasi, dan buku yang dibaca oleh penulis.
ANDRI KUSPURNAMA
Supervisor Commerce System Operation

    4 Comments

    1. waah materinya dagingg.. ditunggu artikel lanjutannya broo

    2. Mantap ini, untuk diketahui bersama oleh insan Pelni.

    3. Mantul kk informasi yang diberikan…

    4. mantul 🙂 Jujur penting banget sih, apa lagi perlindungan data wajib di tingkatkan… tks infonya kak

    Leave a reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    0 %