Tajuk Budaya: “PELNI Yang Jaya, Kau Ku Dambakan”

Lebih dari 70 tahun sejak terlahirnya, PELNI sudah melalui banyak sekali momen yang mengharuskannya merangkak, berdiri, berlari, melompat, terjatuh, kemudian merangkak lagi dengan tertatih-tatih sampai dengan saat ini PELNI masih melayani masyarakat Indonesia dengan fasilitas kapalnya.
Banyak sekali cerita, momen, dan ingatan masyarakat Indonesia yang melekat dengan kapal PELNI. Mungkin ada kisah haru perpisahan, konyolnya jatuh cinta, galau menahan rindu, sampai gugup akan bertemu, PELNI menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah panjang Indonesia itu sendiri.
Lalu apa yang membawa PELNI sampai sejauh ini?
Tentu ada nilai-nilai yang diyakini dengan teguh sehingga PELNI tetap memberikan kontribusinya bagi negara. Nilai-nilai tersebut mungkin terus diperbaharui, pun juga terus diukur implementasinya. Bisa jadi saat ini sebutannya AKHLAK, mungkin dulu atau nanti akan berbeda. Tapi nilai-nilai tersebut lebih dari sekedar angka, dan juga bukan hanya sekedar apa yang tertera di berbagai media. Nilai-nilai tersebut merupakan bagian dari bakti tulus insan PELNI untuk bersatu dalam sikap dan pemahaman dalam memberikan yang terbaik untuk PELNI, dan yang terbaik untuk negeri.
Sejak berdirinya suatu perusahaan, kapan pun itu, bukan lagi tentang sudah berapa lama, tapi akan berapa lama perusahaan itu bertahan. PELNI dalam hal ini, dengan usianya yang ke-70 tahun mungkin belum scale-up secara eksponensial layaknya perusahaan-perusahaan “kekinian” yang secara cepat berkembang dengan valuasi yang besar. Tapi perlu diingat bahwa banyak dari perusahaan tersebut yang “layu” terlalu cepat karena tidak sanggup menghadapi kondisi pasar yang sangat dinamis. Sementara di sisi lain, PELNI membuktikan dirinya mampu bertahan dengan berbagai kondisi yang sudah dilewati, dan membuktikan bahwa PELNI memiliki pondasi yang kokoh untuk bertahan dalam iklim bisnis yang terkadang ekstrim.
Apakah PELNI hanya akan bertahan? Atau akan beralih menyerang potensi pasar dengan segala risiko di dalamnya?
Apapun strateginya, baik itu bertahan terhadap kondisi pasar atau “menyerang” potensi pasar, yang terpenting adalah kesiapan SDM-nya dan seberapa erat SDM tersebut memegang nilai-nilai yang diyakini. Hal ini yang membuat antara tujuan dengan nilai-nilai perusahaan tidak dapat dipisahkan, dan hal ini pula yang akan menjadikan insan PELNI satu dalam pemikiran.
Layaknya kapal yang memiliki mesin untuk membantunya berlayar, SDM adalah mesin yang menggerakkan PELNI mencapai tujuannya. Dan dalam mencapai tujuan tersebut dibutuhkan keselarasan dari semua unsur, dibutuhkan suatu kesamaan nilai-nilai sehingga PELNI dapat bergerak berlayar melewati ombak lautan menuju sebuah pelabuhan yang disebut sebagai “PELNI yang JAYA”.
Keren sekali tulisannya! Sangat insightful!
Artikel yang cukup menarik, artikelnya seperti apotik tutup… gak ada obaaatt… kereeenn!