Penyebab Kenaikan Harga Kontainer Selama Pandemi

Pembatasan pergerakan barang dan orang telah mengganggu arus perdagangan antar negara, terutama yang menggunakan transportasi laut. Hal ini karena sebagian besar transportasi dan pengiriman barang untuk konsumen dan industri menggunakan angkutan laut. LaRocca (2021) juga berpendapat bahwa perdagangan melalui jalur laut/laut merupakan tulang punggung perdagangan internasional, sehingga kenaikan biaya transportasi dapat mengganggu rantai pasok global. Selain itu, United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) (2021) melaporkan bahwa pandemi COVID-19 telah mengganggu rantai pasokan maritim global dengan menyebabkan tingginya biaya pengiriman peti kemas, kelangkaan peti kemas, dan kelangkaan ruang untuk kapal. Beberapa pelabuhan internasional, termasuk Los Angeles dan Long Beach, Amerika Serikat dan Singapura, telah melaporkan kemacetan pelabuhan atau antrian kapal di terminal peti kemas. (Apparelnews.net, 2021). United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP) (2020) juga melaporkan bahwa banyak perusahaan pelayaran yang mengubah rute atau bahkan membatalkan jadwal pelayaran agar dapat menangani kargo secara efisien, sehingga mengakibatkan pasokan jasa pelayaran tidak stabil.
Selain itu, ketidakseimbangan ekonomi antar negara akibat wabah new crown pneumonia juga berdampak pada kenaikan biaya kargo laut. Menurut Global Container Freight Index, tarif angkutan peti kemas bahkan telah meningkat 350% sejak Mei 2020 (World Economic Forum, 2021). UNCTAD (2021) mencatat bahwa tarif peti kemas mengalami peningkatan terbesar dalam 10 tahun terakhir. Hal ini disebabkan tingginya permintaan kargo di beberapa negara selama masa lockdown, serta kapasitas pengiriman, karantina pelabuhan, pengurangan personel dan penurunan efisiensi penanganan kargo, sehingga terjadi antrian kapal. (port congestion) di pelabuhan internasional (Cominelli et al., 2020).
Pandemi Covid-19 juga menyebabkan gangguan yang mempengaruhi kondisi perdagangan global. Pada tahun 2020, perdagangan internasional turun sebesar 8,9%, penurunan terbesar sejak krisis keuangan global (World Economic Forum, 2021). Indonesia juga mengalami kontraksi ekonomi sebesar 5,32% pada triwulan II 2020 (year-on-year) akibat COVID-19, sedangkan mitra dagang utama Indonesia, AS dan Singapura, masing-masing mengalami kontraksi sebesar 9,5% dan 12,6%, dan hanya China mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 3,2% (year-on-year) yang dicapai pada triwulan I-2020 (BPS, 2020) setelah mengalami kontraksi sebesar 6,8% (year-on-year). Meskipun demikian, Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan sebesar USD 21,74 miliar pada tahun 2020 karena ekspor tumbuh lebih besar dari impor (Kontan, 2021).
Vidya & Prabheesh (2020) meneliti hubungan perdagangan antar negara sebelum dan sesudah wabah COVID-19 dan memperkirakan arah perdagangan di masa depan. Temuannya menunjukkan bahwa: (1) Hubungan perdagangan, konektivitas, dan kepadatan antar negara telah menurun tajam setelah wabah COVID-19. (2) Perubahan signifikan dalam struktur jaringan perdagangan (3) Posisi China dalam jaringan perdagangan tidak terpengaruh oleh epidemi. (4) Pada Desember 2020, perdagangan di sebagian besar ekonomi akan menurun tajam.
Chi, (2016) mempelajari efek jangka panjang dari PDB, nilai tukar, dan biaya transportasi pada arus angkutan udara dan laut antara Amerika Serikat dan Cina. Nilai tukar antar negara mempengaruhi arus barang dari China ke Amerika Serikat. Dolar yang lebih kuat terhadap renminbi dapat meningkatkan aliran barang dari China ke Amerika Serikat. Dampak nilai tukar dan tarif angkutan peti kemas ditemukan bervariasi di tingkat industry dan komoditas. Biaya angkut kontainer menjadi faktor penting masuknya suatu barang komoditas ke AS.
Pandemi Covid-19 juga berdampak negatif terhadap perdagangan barang antar negara Persemakmuran. Kirana & Escaith (2021) menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa perdagangan barang antar negara Persemakmuran mengalami penurunan akibat COVID-19, namun dampak penurunan tersebut bergantung pada durasi dan luas penyebaran virus Covid-19. Hal ini menunjukkan bahwa negara-negara tersebut saling terhubung dan ada kebutuhan untuk mempercepat penyelesaian Covid. UNCTAD (2021) melaporkan, sejak pandemi COVID-19, pola konsumsi dan belanja masyarakat berubah akibat kebijakan lockdown, berbasis sarana elektronik. Hal ini mendorong peningkatan impor barang konsumsi dan mendorong arus perdagangan menggunakan kontainer.
Martinez-Zarzoso dkk (2008) berpendapat bahwa biaya transportasi yang meningkat secara signifikan dapat menghambat perdagangan antar negara, terutama di sektor bernilai tambah tinggi. Hayakawa & Mukunoki (2021), berpandangan bahwa COVID-19 sangat berdampak negatif pada perdagangan di setiap negara pengimpor dan pengekspor. Dampak dari adanya COVID-19 di setiap negara pengimpor, cenderung tidak signifikan sejak Juli 2020. Hasilnya menyiratkan bahwa dampak COVID-19 bagi perdagangan internasional hingga batas tertentu dapat diantisipasi setelah gelombang pertama pandemic COVID-19. Hal ini dijelaskan oleh Larocca (2021), dalam briefsheetnya biaya pengiriman kargo laut dalam peti kemas meningkat tiga kali lipat tahun 2020 saat mengalami volatilitas yang signifikan. Penyebabnya adalah kurangnya kontainer karena pandemi yang mencapai titik puncaknya. Data indeks pengiriman, rute pelayaran dari berbagai negara di Asia Timur, menunjukkan kenaikan biaya tertinggi, meskipun konsekuensinya bersifat global.
Sementara itu Menurut Kang (2016), depresiasi mata uang tidak memiliki dampak pada pertumbuhuan ekspor suatu negara. Menurut Bostan (2018), rasio nilai tukar mata uang nasional mendorong naik atau turunnya volume perdagangan internasional, serta menjadi penentu daya saing jangka pendek. Putri (2020) berpendapat bahwa variabel volume ekspor dan nailai tukar mempengaruhi volume ekspor secara simultan. Sebagai contoh secara parsial variabel nilai tukar sangat berpengaruh negatif dan signifikan terhadap volume ekspor Adidas. Variabel biaya angkut kontainer sangat berpengaruh dan signifikan terhadap volume ekspor Adidas.
Menurtu WHO mulai menetapkan COVID-19 menjadi pandemi sejak 11 Maret 2020. Namun tarif kontainer mulai mengalami lonjakan kenaikan sejak dari bulan Juli 2019 dari US$ 1.342 menjadi US$ 10.800 hingga pada Agustus 2021 (Statista.com, 2021). Oleh karena itu, untuk menganalisa dampak kenaikan tarif kontainer yang terjadi akibat pandemi Covid-19 terhadap kinerja ekspor impor Indonesia diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam pengambilan kebijakan pemerintah terkait dengan perdagangan internasional.
Pandemi Covid-19 menyebabkan disrupsi rantai pasok skala global dimana terjadi lonjakan harga pengiriman container, kelangkaan container, dan kelangkaan space kapal. Kenaikan tarif untuk container merupakan kenaikan tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir. Kenaikan tarif untuk container sangat berpengaruh terhadap kinerja ekspor di Indonesia dalam jangka pendek dan jangka Panjang. Hal ini pun juga berlaku untuk kinerja impor Indonesia
Kelangkaan container global membuat harga container melonjak, bahkan pada tahun 2022 harganya naik hingga 6 kali lipat selama pandemic Covid-19. Padahal sebelumnya Ketika dalam kondisi normal sangat mudah untuk mendapatkan container dalam jumlah berapapun. Presiden Jokowi (2022) mengatakan bahwa melihat dari World Container Index. Dari rata-rata sebelum pandemic teraifnya mencapai US$1.579, lalu naik menjadi 9.477 per februari tahun 2022. Dalam situasi ini membuat barang-barang logistik yang sampai ke konsumen menjadi terbebani oleh harga container. Sehingga konsumen harus membeli barang yang lebih mahal.
DAFTAR PUSTAKA
Apparelnews.net. (2021). Traffic Congestion at Ports of L.A. and Long Beach at High Levels, https://www.apparelnews.net/news/2021/feb/04/traffic-congestion-ports-l-and-long-beach-high-lev/
BPPP Kementerian Perdagangan. (2021). Perkembangan Kinerja Ekspor Alas Kaki. Warta Daglu, 13-19, http://bppp.kemendag.go.id/media_content/2021/03/NL_FEBUARI_2021-rev2_compressed.pdf
Chi, J. (2016). Exchange rate and transport cost sensitivities of bilateral freight flows between the US and China. Transportation Research Part A: Policy and Practice, 89, 1–13. https://doi.org/10.1016/j.tra.2016.05.004
Cominelli, S., Halliday, W. D., Pine, M. K., Hilliard, R. C., Lawson, J. W., Duman, N. I., & Devillers, R. (2020). Vessel noise in spatially constricted areas: Modeling acoustic footprints of large vessels in the Cabot Strait, Eastern Canada. Ocean and Coastal Management, 194(December 2019), 105255. https://doi.org/10.1016/j.ocecoaman.2020.105255
Larocca, G. (2021). Rising Maritime Freight Shipping Costs Impacted by Covid-19. U.S. International Trade Commission, April.
Lau, H., Khosrawipour, V., Kocbach, P., Mikolajczyk, A., Schubert, J., Bania, J., & Khosrawipour, T. (2021). The positive impact of lockdown in Wuhan on containing the COVID-19 outbreak in China. Journal of Travel Medicine, 27(3), 1–7. https://doi.org/10.1093/JTM/TAAA037
Statista.com, 2021, Global container freight rate index from July 2019 to October 2021, https://www.statista.com/statistics/1250636/global-container-freight-index/
UNESCAP. (2020). Covid-19 And Its Impact On Shipping And Port Sector In Asia And The Pacific. Policy Brief. https://www.unescap.org/sites/default/d8files/knowledge-products/ShippingPoliyBrief-16Oct2020-FINAL.pdf
UNCTAD. (2021) How to cushion consumers from high maritime freight rates, https://unctad.org/news/how-cushion-consumers-high-maritime-freight-rates
UNCTAD. (2021). Container Shipping In Times Of Covid-19: Why Freight Rates Have Surged, And Implications For Policymakers. Policy Brief. https://unctad.org/system/files/official-document/presspb2021d2_en.pdf
Vidya, C. T., & Prabheesh, K. P. (2020). Implications of COVID-19 Pandemic on the Global Trade Networks. Emerging Markets Finance and Trade, 56(10), 2408–2421. https://doi.org/10.1080/1540496X.2020.1785426